Transudat - Eksudat
Rongga-rongga
serosa dalam badan normal mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan itu terdapat
umpama dalam rongga perikardium, rongga pleura, rongga perut dan berfungsi
sebagai pelumas agar membran-membran yang dilapisi mesotel dapat bergerak tanpa
geseran. Jumlah cairan itu dalam keadaan normal hampir tidak dapat diukur
karena sangat sedikit. Jumlah itu mungkin bertambah pada beberapa keadaan dan
akan berupa transudat atau eksudat.
Fungsi dari
transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap adanya gangguan
sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema (transudat), serta adanya inflamasi
akibat infeksi bakteri (eksudat).
Transudat
terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan kesetimbangan cairan
badan (tekanan osmosis koloid, stasis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik,
kerusakan endotel, dsb.), sedangkan eksudat bertalian dengan salah satu proses
peradangan.
Bila radang
terjadi pada pleura, maka cairan radang juga dapat mengisi jaringan sehingga
terjadi gelembung. Cairan yang terjadi akibat radang mengandung banyak protein
sehingga berat jenisnya lebih tinggi dari pada plasma normal. Begitu pula
cairan radang ini dapat membeku karena mengandung fibrinogen. Cairan yang
terjadi akibat radang ini disebut eksudat. Jadi sifat-sifat eksudat ialah
mengandung lebih banyak protein daripada cairan jaringan normal, berat jenisnya
lebih tinggi dan dapat membeku. Cairan jaringan yang terjadi karena hal lain
dari pada radang, misalnya karena gangguan sirkulasi, mengandung sedikit
protein, berat jenisnya rendah dan tidak membeku, cairan ini disebut transudat.
Transudat misalnya terjadi pada penderita penyakit jantung. Pada penderita
payah jantung , tekanan dalam pembuluh dapat meninggi sehingga cairan keluar
dari pembuluh dan masuk ke dalam jaringan.
Berbagai
jenis eksudat : eksudat ialah cairan dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk
ke dalam jaringan pada waktu radang. Bila cairan eksudat menyerupai serum darah
dan hanya sedikit mengandung fibrin dan sel, maka eksudat bersifat cair sekali
dan dinamai eksudat bening/jernih. Eksudat bening sering terjadi pada radang
tuberculosis yang mengisi rongga pleura dapat berjumlah satu liter atau lebih.
Eksudat fibrinosa mengandung banyak fibrin sehingga melekat pada permukaan
pleura, merupakan lapisan kelabu/kuning yang ditemukan pada pneumonia.
Mikroskopis eksudat ini mengandung serabut fibrin dan dalam sela – sela
diantara serabut ini terdapat sel radang. Eksudat fibrinosa terjadi bila
permeabilitas kapiler bertambah banyak, yaitu karena molekul – molekul fibrin
besar dapat keluar dari kapiler dan menjadi bagian daripada eksudat. Eksudat
purulen ialah eksudat yang terjadi daripada nanah. Nanah ini terjadi pada
radang akut yang mengandung banyak sel polinukleus yang kemudian musnah dan
mencair karena lisis. Sisa jaringan nekrotik yang mengalami lisis bersama
dengan sel polinukleus yang musnah dan limfe radang menjadi cairan yang disebut
nanah. Eksudat hemoragik ialah eksudat radang yang berwarna kemerah–merahan
karena mengandung banyak eritrosit.
Pemeriksaan
cairan badan yang tersangka transudat atau eksudat bermaksud untuk menentukan
jenisnya dan sedapat-dapatnya untuk mendapatkan keterangan tentang causanya.
Ciri-ciri
transudat spesifik ; cairan jernih, encer, kuning muda, berat jenis mendekati
1010 atau setidak-tidaknya kurang dari 1018, tidak menyusun bekuuan (tak ada
fibrinogen), kadar protein kurang dari 2,5 g/dl, kadar glukosa kira-kira sama
seperti dalam plasma darah, jumlah sel kecil dan bersifat steril.
Ciri-ciri
eksudat spesifik ; keruh (mungkin berkeping-keping, purulent, mengandung darah,
chyloid,dsb.), lebih kental, warna bermacam-macam, berat jenis lebih dari 1018,
sering ada bekuan (oleh fibrinogen), kadar protein lebih dari 4,0 g/dl, kadar
glukosa jauh kurang dari kadar dalam plasma darah, mengandung banyak sel dan
sering ada bakteri.
Dalam
praktek sering dijumpai cairan yang sifat-sifatnya sebagian sifat transudat dan
sebagian eksudat lagi sifat eksudat, sehingga usaha untuk membedakan antara
transudat dan eksudat menjadi sukar.
Perbedaan
Transudat dan Eksudat:
Keterangan:
|
Transudat:
|
Eksudat:
|
Rivalta
|
-
|
+
|
Berat
jenis
|
< 1,016
|
> 1,016
|
Kadar
protein
|
< 3 gr
/ 100 cc
|
> 3 gr
/ 100 cc
|
Protein
plasma
|
< 0,5
|
> 0,5
|
LDH
|
< 200
IU
|
> 200
IU
|
LDH plasma
|
< 0,6
|
> 0,6
|
Lekosit
Hitung
jenis leukosit
|
< 1000
/ mm3
< 50%
limfosit
|
> 1000
/ mm3
> 50%
limfosit
|
PH
|
>7,3
|
< 7,3
|
Glukosa
|
≤ plasma
|
<
plasma
|
Amilase
|
= plasma
|
>plasma
|
Alkali
fosfatase
|
>75 u
|
> 75 u
|
MEKANISME
PEMBENTUKAN TRANSUDAT DAN EKSUDAT
Di dalam
rongga serosa dalam keadaan normal terdapat sedikit cairan yang berfungsi
sebagai pergerakan alat-alat di dalam rongga tersebut.
Dalam
keadaan normal, cairan bergerak antara pembuluh darah dan cairan
ekstravaskuler, disini terdapat keseimbangan antara tekanan koloid osmotic
plasma dan tekanan hidrostatik yang mendorong cairan kedalam jaringan yang
menyebabkan cairan tetap tinggal dalam pembuluh darah.
Tetapi pada
keadaan patologis tertentu, misalnya :
a.
Tekanan
hidrostatik meningkat
b.
Tekanan
koloid osmotic
c.
Kenaikan
filtrate kapiler dan protein spesifik
Keadaan-keadaan
tersebut menyebabkan naiknya substansi tertentu dan pengumpulan cairan di
ekstravaskuler, molekul-molekul kecil seperti air, elektrolit, dan kristaloid
akan berdifusi secara cepat melewati plasma darah, sehingga terjadi penumpukan
cairan, proses ini disebut dengan istilah ULTRAFILTRASI.
Eksudat
terjadi karena infeksi bakteri yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas
dinding kapiler pembuluh darah.
Transudat
eksudat dapat terjadi pada :
·
Sindroma
nefrotik
·
Sirosis hepatis
·
Gagal
jantung
MEKANISME
PENIMBUNAN CAIRAN PASIF
Penimbunan
cairan (efusi) terjadi akibat peningkatan tekanan hidrostatik, yang memaksa
cairan menembus keluar kapiler untuk masuk ke jaringan. Tekanan hidrostatik
cenderung mendorong cairan keluar, dan hal ini dilawan oleh tekanan dalam
sirkulasi. Albumin dan protein-protein di dalam darah berperan menimbulkan
tekanan onkotik. Tekan hidrostatik di ujung arterial biasanya sekitar 40 mmHg,
dan tekanan onkotik 25 mmHg. Dengan demikian tekanan positive yang mendorong
cairan keluar ke dalam rongga serosa adalah 15 mmHg. Apabila tekanan onkotik
plasma berkurang, semakin banyak cairan yang didorong keluar, dan ini sering
merupakan penyebab efusi serosa. Dalam keadaan normal, di ujung venosa kapiler
tekanan hidrostatik turun menjadi sekitar 10 mmHg, dan tekanan osmotic koloid
tetap 25 mmHg, yang melawan tekanan hidrostatik ini. Dengan demikian terjadi
tekanan negative sebesar 15 mmHg di ujung venosa, yang cenderung menarik cairan
masuk ke dalam pembuluh cairan. Setiap proses yang meningkatkan tekanan
hidrostatik di ujung venosa besar kemungkinannya menyebabkan penimbunan cairan
secara pasif. selain itu, setiap penurunan tekanan onkotik plasma akan
mengurangi jumlah cairan yang tertarik masuk ke dalam kapiler venosa.
Mekanisme
lain yang mempermudah penimbunan pasif cairan, yang mungkin bersifat local atau
generalisata, adalah mekanisme alergi yang meningkatkan permeabilitas kapiler
atau obstruksi limfe. Hal ini pada gilirannya, mengurangi jumlah cairan ekstravaskuler
yang dibersihkan oleh system limfatik.
Eksudat
terbentuk apabila lapisan kapiler atau membrane rusak oleh proses peradangan
atau neoplastik. Akibatnya protein berukuran besar dan konstituen darah lainnya
bocor keluar untuk masuk ke jaringan dan rongga tubuh. Pada peradangan aktif,
kandungan protein pada cairan ini meningkat.
CARA MEMPEROLEH BAHAN
Bahan (dari
rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hidrocele,dsb.) didapat dengan
mengadakan pungsi. Karena tidak dapat diketahui terlebih dulu apakah cairan itu
berupa transudat atau eksudat, haruslah pertama-tama syarat bekerja steril
diindahkan dan kedua untuk menyediakan anticoagulant. Sediakanlah pada waktu
melakukan pungsi selain penampung biasa juga penampung steril (untuk biakan)
dan penampung yang berisi larutan natrium citrat 20% atau heparin steril.
Cairan yang
diperoleh ditampung dalam 3 botol penampung :
·
Botol I :
Steril untuk pemeriksaan bakteriologi
·
Botol II :
Di tambah anticoagulant untuk pemeriksaan rutin
·
Botol III :
Tanpa anticoagulant untuk pemeriksaan kimia.
Yang harus
diperhatikan pada waktu pungsi adalah Pengambilan cairan tidak boleh seluruhnya
karena :
Ø Untuk
menghindari terjadinya shock
Ø Pada cairan
ascites banyak mengandung protein
Guna
pemeriksaan :
Ø Untuk
menentukan jenis cairan yang diperiksa
Ø Mengusahakan
mencari penyebabnya
Syarat
pemeriksaan :
Ø Harus dilakukan dengan cepat karena
mudah terjjadi desintegrasi, oleh karena itu pemeriksaan yang pertama kali
dilakukan adalah pemeriksaan cytology.
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS
1.
Jumlah
Ukurlah dan
catatlah volume yang didapat dengan pungsi. jika semua cairan dikeluarkan
jumlah itu memberi petunjuk tentang luasnya kelainan.
2.
Warna
Mungkin
sangat berbeda-beda. Agak kuning, kuning bercampur hijau, merah jambu, merah,
putih serupa susu, dll. Bilirubin memberi warna kuning kepada transudat. darah
menjadikannya merah atau coklat, pus memberi warna putih-kuning, chylus putih
serupa susu, B.pyocyaneus biru-hijau. Warna transudat biasanya
kekuning-kuningan, sedangkan eksudat dapat berbeda-beda warnanya dari putih
melalui kuning sampai merah darah sesuai dengan causa peradangan dan beratnya
radang. Warna eksudat oleh proses radang ringan tidak banyak berbeda dari warna
transudat.
3.
Kejernihan
Inipun
mungkin sangat berbeda-beda dari jernih, agak keruh sampai sangat keruh.
Transudat murni kelihatan jernih, sedangkan eksudat biasanya ada kekeruhan.
Jika mungkin, kekeruhan yang menunjuk kepada sifat eksudat itu dijelaskan lebih
lanjut sebagai umpamanya serofibrineus, seropurulent, serosanguineus,
hemoragik, fibrineus, dll.
Kekeruhan
pada transudat eksudat terutama disebabkan oleh
·
Leukosit :
Kekeruhan yang sangat ringan sampai dengan seperti bubur.
·
Erytrocyt :
Kekeruhan berwarna kemerah-merahan
Adanya
kekeruhan pada transudat eksudat dinyatakan dengan:
·
Serous
·
Seropurulent
·
Serosanguinis
·
Putrid
·
Purulent
·
Serofibrinous
4.
Bau
Biasanya
baik transudat maupun eksudat tidak mempunyai bau bermakna, kecuali kalau
terjadi pembusukan protein. Infeksi dengan kuman anaerob dan oleh E.coli
mungkin menimbulkan bau busuk, demikian adanya bau mengarah ke eksudat.
5.
Berat Jenis
Harus segera
ditentukan sebelum kemungkinan terjadinya bekuuan. Penetapan ini penting untuk
menentukan jenis cairan. Kalau jumlah cairan yang tersedia cukup, penetapan
dapat dilakukan dengan urinometer, kalau hanya sedikt sebaiknay memakai
refraktometer. Seperti sudah diterangkan, nilai berat jenis dapat ikut memberi
petunjuk apakah cairan mempunyai ciri-ciri transudat atau eksudat.
6.
Bekuan
Perhatikan
terjadinya bekuan, dan terangkan sifatnya (renggang, berkeping, berbutir, sangat halus, dll). Bekuan itu tersusun dari
fibrin dan hanya didapat pada eksudat. Kalau dikira cairan yang dipungsi
barsifat eksudat, campurlah sebagian dari cairan itu dengan anticoagulant
supaya tetap cair dan dapat dipakai untuk pemeriksaan lain-lain.
Bekuan yang
terjadi sangat lambat pada transudat karena kadar fibrinogen yang rendah
disebut FIBRINOUS SWAB / PELICLE.
PEMERIKSAAN KIMIA
Pemeriksaan
kimia biasanya dibatasi saja kepada kadar glukosa dan protein dalam cairan itu.
Alasannya ialah cairan rongga dalam keadaan normal mempunyai susunan yang
praktis serupa dengan susunan plasma darah tanpa albumin dan globulin-globulin.
Transudat mempunyai kadar glukosa sama sperti plasma, sedangkan eksudat
biasanya berisi kurang banyak glukosa teristimewa jika eksudat itu mengandung
banyak leukosit.
Protein
dalam transudat dan eksudat praktis hanya fibrinogen saja. Dalam transudat
kadar fibrinogen rendah, yakni antara 300-400 mg/dl dan dalam eksudat kadar
protein 4-6 g/dl.
Percobaan
Rivalta
Test yang
sudah tua ini tetap masih berguna dalam upaya membedakan transudat dan eksudat
dengan cara amat sederhana.
Tujuan : Membedakan transudat dan eksudat
Prinsip :
Seromucin yang terdapat dalam eksudat dan tidak terdapat dalam transudat akan
bereaksi dengan asam acetat encer membentuk kekeruhan yang nyata.
Cara kerja :
1.
Kedalam
becker glass 100 ml dimasukkan 100 ml
aquadest.
2.
Tambahkan 1
tetes asam asetat glacial dan campurlah.
3.
Jatuhkan 1
tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran ini, dilepaskan kira-kira 1 cm
dari atas permukaan.
4.
Perhatikan
tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan cairan yang mengandung asam asetat.
ada tiga kemungkinan :
a.
Tetesan itu
bercampur dengan larutan asam asetat tanpa menimbulkan kekeruhan sama sekali.
Hasil test adalah negative.
b.
Tetesan itu
mengadakan kekeruhan yang sangat ringan serupa kabut halus. Hasil test positive
lemah.
c.
Tetesan itu
membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut tebal atau dalam keadaan ekstrem
satu presipitat yang putih. hasil test positive .
Catatan :
Cara ini
berdasarkan seromucin yang terdapat dalam eksudat, tetapi tidak dalam
transudat. Percobaan ini hendaknya dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan
hasil yang dapat diandali.
Hasil
positive didapat pada cairan yang bersifat eksudat. Transudat biasanya
menjadikan test ini positive lemah. Kalau transudat sudah beberapa kalii
dispungsi, maka transudatpun mungkin menghasilkan kekeruhan serupa yang dari
eksudat juga. Cairan rongga badan normal, yaitu yang bukan transudat atau
eksudat dalam arti klinik, menghasilkan test negative.
Kadar
protein
Menentukan
kadar protein dalam cairan rongga tubuh dapat membantu klinik dalam membedakan
transudat dari eksudat. Kadar protein dalam transudat biasanya kurang dari 2,5
g/dl sedangkan eksudat berisi lebih dari 4 g/dl. Penetapan ini tidak memerlukan
cara yang teliti.
Cara :
1.
Tetapkan
lebih dahulu berat jenis cairan itu.
2.
Klau berat
jenis 1010 atau kurang, adakanlah pengenceran 5-10 kali. Kalau berat jenis
lebih dari 1010 buatlah pengenceran 20 kali.
3.
Lakukanlah
penetapan menurut Esbach dengan cairan yang telah diencerkan itu. Dalam
memperhitungkan hasil terakhir ingatlah pengenceran yang tadi dibuat.
Catatan :
Cara Esbach
telah cukup teliti untuk dipakai dalam klinik. Pengenceran yang diadakan itu
bermaksud agar kadar protein dalam cairan yang diencerkan mendekati nilai 4
g/liter, ialah kadar yang memberi hasil yang sebaik-baiknya pada cara Esbach.
Dari berat
jenis cairan bersangkutan juga sudah dapat didekati nilai protein dengan
memakai rumus :
(berat jenis
– 1,007) x 343 = g protein/100 ml cairan. Maka atas perhitungan itu
b.d. 1,010
sesuai dengan 1 g protein per 100 ml
b.d. 1,015
sesuai dengan 2,5 g protein per 100 ml
b.d. 1,020
sesuai dengan 4,5 g protein per 100 ml
b.d. 1,025
sesuai dengan 6 g protein per 100 ml.
Dalam rumus
dan perhitungan di atas berat jenis air sama dengan 1,000.
Zat lemak
Transudat
tidak mengandung zat lemak, kecuali kalau tercampur dengan chylus. Dalam
eksudat mungkin didapat zat lemak, disebabkan oleh karena dinding kapiler dapat
ditembus olehnya. Keadaan itu sering dipertalikan dengan proses tuberculosis.
Kadang-kadang
dilihat cairan yang putih serupa susu. Dalam hal itu perlu mengetahui apakah
putihnya cairan itu disebabkan chylus atau oleh zat lain.
Cara :
1.
Berilah
larutan NaOH 0,1 N kepada cairan sehingga menjadi lindi.
2.
Lakukan
ekstraksi dengan eter. Jika cairan itu menjadi jernih, putihnya disebabkan oleh
chylus.
3.
Jika tidak
menjadi jernih, puutihnya mungkin disebabkan oleh lecithin dalam keadaan
emulsi. Untuk menyatakan lecithin dilakukan test sebagai berikut :
a.
Encerkanlah
larutan itu 5x dengan etilalkohol 95%
b.
Panasilah
berhati-hati dlam bejana air. Kalau cairan menjadi jernih, putihnya disebabkan
oleh lecithin. Untuk lebih lanjut membuktikannya teruskanlah percobaan dengan :
c.
Saringlah
cairan yang telah menjadi jernih itu dalam keadaan masih panas.
d.
Filtratnya
ditampung dan diuapkan diatas air panas sampai volume menjadi sebesar semula
(sebelum diberi etilalkohol) dan biarkan menjadi dingin lagi.
e.
Kalau
menjadi keruh lagi, adanya lecithin terbukti. Kekeruhan itu bertambah kalau
diberi sedikit air.
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Menghitung
jumlah sel dalam cairan eksudat atau transudat tidak selalu mendatangkan
manfaat.
Jikalau
sekiranya diperkirakan akan terjadi bekuan, perlulah cairan setelah pungsi di
campur dengan anticoagulans, umpamanya larutan Na citrate 20% untuk tiap 1 ml
cairan dipakai 0,01 ml larutan citrate itu.
Sel yang
dihitung biasanya hanya leukosit (bersama sel-sel berinti lain seperti sel
mesotel, sel plasma, dsb.0 saja. Menghitung jumlah erytrosit jarang sekali
dilakukan karena tidak bermakna.
Menghitung
jumlah leukosit
Kalau cairan
berupa purulent, tidak ada gunanya untuk menghitung jumlah leukosit. Tindakan
ini baiklah hanya dilakukan dengan cairan yang jernih atau yang agak keruh saja.
Pada cairan
jernih pakailah pengenceran seperti dipakai untuk menghitung jumlah leukosit
dalam cairan otak. Untuk cairan yang agak keruh, pilihlah pengenceran yang
sesuai.
Bahan
pengenceran sebaiknya larutan NaCl 0,9%, jangan larutan turk, Karen cairan turk
itu mungkin menyebabkan terjadinya bekuan dalam cairan.
Cairan yang
berupa transudat biasanya mengandung kurang dari 500 sel/ul. semakin tinggi
angka itu semakin besar kemungkinan cairan tersebut bersifat eksudat.
Menghitung
jenis sel
Menghitung
jenis sel biasanya hanya membedakan dua golongan jenis sel yaitu golongan yang
berinti satu yang digolongkan dengan nama “limfosit” dan golongan sel
polinuklear atau “segment”. Dalam golongan limfosit ikut terhitung limfosit,
sel-sel mesotel, sel plasma, dsb.
Perbandingan
banyak sel dalam golongan –golongan itu memberi petunjuk kearah jenis radang
yang menyebabkan atau menyertai eksudat itu.
Cara :
1.
Sedian apus
dibuat dengan cara berlain-lainan tergantung sifat cairan itu :
a.
jika cairan
jernih, sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel, pusinglah 10-15 ml
bahan. Cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes serum
penderita sendiri. Buatlah sediaan apus dari campuran itu.
b.
Kalau cairan
keruh sekali atau purulent, buatlah sediaan apus langsung memakai bahan itu.
Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan itulah yang dipakai untuk membuat
sediaan tipis.
2.
Pulaan
sediaan itu dengan Giemsa atau Wright.
3.
Lakukan
hitung jenis atas 100-300 sel. Hitung jenis itu hanya membedakan “limfosit”
dari “segment” seperti telah diterangkan.
Catatan :
Hasil hitung
jenis dapat memberikan keterangan tentang jenis radang yang menyertai proses
radang akut hampir semua sel berupa segment. Semakin tenang proses itu semakin
bertambah “limfosit”nya, sedangkan radang dan rangsang menahun menghasilkan
hanya limfosit saja dalam hitung jenis.
Pemeriksaan
sitologik terhadap adanya sel-sel abnormal, teristimewa sel-sel ganas sangat
penting. Sitodiagnostik semacam itu tidak dapat dilakukan dengan cara seperti
di atas, melainkan mewajibkan teknik khusus menurut Papanicolaou. Meskipun
teknik Papanicolaou tidak diterangkan di sini, perlu diketahui bahwa bahan yang
diperoleh tidak boleh membeku. Proses pembekuan hendaknya di cegah dengan
menggunakan EDTA atau heparin.
BAKTERIOSKOPI
Pakailah
sediaan seperti dibuat untuk menghitungkan jenis sel dan pulaslah menurut Gram
dan menurut Ziehl-neelsen.
Metode :
Gram
Prinsip : Bakteri gram (+) akan mengikat warna ungu dari carbol gentian violet dan akan diperkuat oleh lugol sehingga pada saat pelunturan dengan alkohol 96 % warna ungu tidak akan luntur, sedangkan gram (-) akan Luntur oleh alkohol dan mengambil warna merah dari fuksin
Prinsip : Bakteri gram (+) akan mengikat warna ungu dari carbol gentian violet dan akan diperkuat oleh lugol sehingga pada saat pelunturan dengan alkohol 96 % warna ungu tidak akan luntur, sedangkan gram (-) akan Luntur oleh alkohol dan mengambil warna merah dari fuksin
Kalau akan
mencari fungi, taruhlah satu tetes sediment atau bahan ke atas kaca objek dan
campurlah dengan sama banyak larutan KOH (atau NaOH) 10%. Tutup dengan kaca
penutup, biarkan selama 20 menit, kemudian periksalah dengan mikroskop.
EFUSI PLEURA
Definisi
Penumpukan
cairan yang berlebihan di dalam rongga pleura.
Anatomi
rongga pleura :
·
Membran
serosa yang kuat berasal dari mesoderm
·
Pleura
parietalis → membungkus rongga dada bagian dalam
·
Pleura
viseralis → membungkus paru
·
Tebal rongga
pleura 10-20 mikron
·
Berisi
cairan 25-50cc yang berfungsi sebagai pelican
·
Mengandung
rendah protein
Patofisiologi
efusi pleura : Efusi pleura terjadi oleh karena
·
Penumpukan
cairan pleura didalam rongga pleura akibat transudasi / eksudasi yang
berlebihan.
·
Pembentukan
lebih besar dari penyerapan.
·
Pembentukan
normal, penyerapan terganggu.
Penyebab
efusi pleura :
I.
Peningkatan
pembentukan cairan pleura
·
Peningkatan
cairan intestinal di paru.
ü Gagal
jantung kiri
ü Pneumonia
ü Emboli paru
·
Peningkatan
tekanan intravaskuler di pleura
ü Gagal
jantung kanan atau kiri
ü Sindrom vena
cava superior
·
Peningkatan
kadar protein cairan pleura
ü Atelektasis
paru atau
ü Peningkatan
“Elastic recoil” paru
·
Peningkatan
cairan dalam rongga peritoneal → ascites atau dialysis peritoneal
·
Sumbatan
duktus toraksikus
II.
Penurunan
absorbsi cairan pleura
·
Obstruksi
saluran limfe parietal
·
Peningkatan tekanan
vaskuler sistemik
ü Sindrom vena
cava superior atau
ü Gagal
jantung kanan
Komentar
Posting Komentar